TABIYAH ISLAMIYAH

 

A.   Proses Berdirinya Tarbiyah Islamiyah

Tarbiyah Islamiyah adalah suatu organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh beberapa orang ulama besar Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928 M / 15 zulkaedah 1346 H tempatnya di canduang, bukittinggi. Untuk mendirika Tarbiyah Islamiyah ini tentu tidak akan mudah, untuk mendirikan suatu lembaga sosial kemasyarakatan sekaligus menjadi lembaga pendidikan tentu sangat membutuhkan sosok tokoh yang sangat berpengaruh di temngahtengah masyarakat. Untuk itu ada tiga tokoh yang sangat sentral untuk  mempelopori berdirinya Tarbiyah Islamiyah ini, yaitu:

a.      Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuly (Inyiak Canduang)

b.     Maulana Syekh Muhammad Jamil Jaho (Inyiak Jaho)

c.      Maulana Syekh Muhammad Sa’ad Mungka

Sejak awal Tarbiyah Islamiyah ini berdiri, para pendirinya sudah menyatakan komitmennya bahwa Tarbiyah Islamiyah berpaham kepada paham ahli sunnah waljama’ah dan untuk mazhab fiqhnya mereka menganut mazhab syafi’i.

Pada dasarnya pendidikan keagamaan sudah bejalan cukup lama di ranah minang, tapi pada saat itu masih belum efektif karna masih berbetuk sistem pendidikan klasik. Oleh karna siklus dari reformasi yang dilakoni oleh inyiak canduang, maka beliau melakukan sebuah gebrakan untuk  membentuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)

Proses berdirinya madrasah ini diawali oleh musyawarah antara ulama-ulama yang menganut paham ahlisunnah waljama’ah yang ada di Sumatera Barat pada tanggal 5 mei 1928. Dan akhirnya pada musyawarah ini disepakati bahwa ada reformasi sistem pendidikan dari klasik menjadi sistem Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Ada beberapa ulama yang menghadiri musyawarah tersebut, diantaranya adalah :

  • Syekh Sulaiman Ar-Rasuly
  • Syekh Abbas Al-Qhadi (Ladang Laweh, Bukittinggi)
  • Syekh Ahmad (Suliki)
  • Syekh Muhammadjamil Jaho (Jaho, Padang Panjang)
  • Syekh Abdul Wahid Ash-Sholeh (Suliki)
  • Syekh Muhammad Arifin (Batu Hampar)
  • Syekh Alwi (Koto Nan Ampek, Payakumbuh)
  • Syekh Jalaluddin (Sicincin, Pariaman)
  • Syekh Abdul Madjid (Koto Nan Gadang)
  • Mhs Sulaiman (Bukittinggi)

Seiring dengan bergantinya waktu dan melihat perhatian masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan agama Islam, sehingga dengan waktu relatif singkat berdirilah beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) di sumatera barat, dan sekarang sudah ada sekitar 216 MTI yang berdiri di sumatera barat. menurut  urutan tahun berdirinya  ada tiga Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI)  yang mula-mula berdiri di Sumatera Barat, Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) itu adalah:

  • MTI CANDUANG di Candung Bukittinggi  yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuly pada tahun 1928 M. Tetapi pada dasarnya pendidikan di sana sudah ada sebelum Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) ini didirikan, karna sebelum itu di candung ini sudah ada pendidikan pesantren. Jadi tida berarti dalam tahun 1928 tersebut dimulai kelas satu, malah pada saat itu sudah banyak santri yang telah menguasai seluk beluk ajaran agama.
  • MTI JAHO di jaho padang panjang yang didirikan  oleh Syekh Muhammad Jamil Jaho pada tahun 1929 M. sama halnya dengan Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) yang pertama di jaho ini juga sudah terdapat pengajian-pengajian yang belum formal, tetapi baru di formalkan pada tahun ini yaitu dengan berdirinyan Madrasah Tarbiyah Islamiah (MTI) Jaho ini.
  • MTI MALALO di padang laweh malalo yang didirikan oleh Syekh Zakaria Labia Sati bertepatan dengan  tahun 1930 M. hal ini sesuai dengan catatan yang tertera pada papan petunjuk nama Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Malalo.

Dan dalam rangka keikutsertaan organisasi Tarbiyah Islamiyah untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan republik Indonesia maka pada tanggal 28 mei 1930 Syekh Sulaiman Ar-Rasuly mendirikan Persatuan Tarbiyah  Islamiyah (PERTI). Pada dasarnya PERTI hanya sebagai organisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan kekuatan agar bisa membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada waktu itu. Namun disebabkan gejolak revormasi yuang terjadi pada tahun 1946 maka organisasi PERTI beralih fungsi menjadi partai politik yang dipelopori oleh K.H Sirajudim Abbas murid dari syekh Sulaiman ar-Rasuli  sendiri.

Peralihan ini terjadi bukan karna gejolak revormasi pada saat itu saja , tetapi juga ada faktor lain, seperti maklumat NO.X/1945 pada bulan november yang dikeluarkan oleh wakil Presiden Moh. Hatta (Bung Hatta), yang isinya  mendorong agar semua  masyarakat  Indonesia ikut serta bergabung dengan partai  politik,  bahkan dianjurkan untuk membentuk partai politik demi tegaknya demokrasi di tanah Nusantara tercinta.

Maka dengan adanya beberapa faktor tersebut yang membuat K.H Sirajudjin Abbas berinisiatif untuk mendirikan yang berbasis tarbiyah islamiah, lalu beliau meminta izin kepada sesepuh atau para pendiri Tarbiyah Islamiyah, dan bak Gayung bersambut kata terjawab para pendiri pun setuju untuk mendirikan patai tersebut, dengan catatan jangan meninggalkan tugas pokoknya yaitu pendidikan, dakwa, kegiatan sosial keagamaan dan keummatan.

Sehingga pada bulan desember 1946 melalui KONGRES Tarbiyah Islamiyah di bukittinggi diputuskan persatuan tarbiya islamiyah membuat suatu partai yaitu PI PERTI (Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah) sekaligus mengangkat K.H. Sirajudin Abbas sebagai ketua umumnya. sehingga PERTI pun ikut mengambil andil dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun seiring dengan berlalunya waktu, terjadi perpecahan di dalam tubuh  PI PERTI itu sendiri, karna perebutan kursi kekuasaan dan setelah munculnya perbedaan pandangan di kalangan internal organisasi ini, apalagi selama 23 tahun partai ini berjalan telah meluputkan perhatian pada tujuan semula dalam bidang pendidikan karena lebih terfokus pada masalah-masalah politik,

Sehingga hal tersebut membuat  kecewanya para pendiri Tarbiyah Islamiyah terutama Syekh Sulaiman ar-Rasuly, maka untuk menmyelamatkan organisasi ini, beliaupun mengambil suatu keputusan dangan mengeluarkan dekrit pada tanggal 1 mei 1969 agar PERTI kembalin ke khitahnya sebagai organisasi yang bergerak dibidang sosial seperti pada awal berdirinya 1928. Dan nama Partai Islam PERTI diganti menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan disingkat menjadi tarbiyah saja.

Akan tetapi, gagasan kembali ke khittah 1928 yang merupakan pesan-pesan terakhir Syekh Sulaiman Ar-Rasuly ini, oleh para pelanjut organisasi Tarbiyah, diinterpretasi sebagai hanya keharusan organisasi untuk tidak menjadi partai politik, bukan tidak berpolitik. Sehingga dalam perkembangannya setelah tahun 1970an, organisasi Tarbiyah berafiliasi dengan salah satu kekuatan politik (yang bukan partai politik), yaitu Golongan Karya. Akhirnya, apa yang sesungguhnya menjadi keinginan pendiri untuk mengembalikan organisasi menjadi organisasi yang berkonsentrasi bagi pengembangan pendidikan Islam, kembali menjadi terabaikan. Kesibukan para tokoh organisasi Tarbiyah dalam mengurusi soal-soal politik, telah meluputkan perhatian mereka dalam mengembangkan sistem pendidikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah sendiri. Hingga hari ini kita menyaksikan trend MTI yang mengalami penurunan grafik secara tajam.

B.   Tujuan Tarbiyah Islamiyah

TUJUAN BERDIRINYA MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH

Kalau kita berbicara mengenai apa tujuan berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah , tentu saja kita akan mendapat jawabannya melalui Mars Tarbiyah yang selalu dinyanyikan oleh santi/santriwati yaitu WUJUDNYA TARBIYAH adalah untuk mendidik manusia dengan ilmu berlaku baik beramal shaleh,melarang kita berbuat dosa di dunia ini.Untuk lebih jelasnya izinkanlah kami menyampaikan butir-butir dari tujuan berdirinya sebagai berikut :

1.     Kita harus melanjutkan sistem pendidikan Rasulullah sehingga umat Islam benar-benar dapat hadir sebagai sosok manusia yang memiliki kekuatan vital untuk membangun peradaban manusia yang di redhai Allah SWT.

2.     Membentuk moralitas muslim sejati dengan harapan semoga terdapatnya suatu zaman yang disana akan lahir nanti para muslim dengan kepribadiannya yang cemerlang sehingga mampu menghadirkan zaman keemasan bagi Islam kembali.

3.     Untuk meningkatkan ketaqwaan dan mempertebal iman pada Allah Swt, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi perkerti dan mempertebal semangat keagamaan.

4.     Mendalami ajaran islam Ahlussunnah wal jam’ah bermazhab Syafri’ah.

5.     Menghindarkan umat islam terjerumus ke dalam tradisi-tradisi jahiliyah bahkan bertentangan dengan ajaran tauhid, iman mereka luntur dan kabur.

6.     Membantu pemerintah dalam membangun mental seperti termuat dalam GBHN “Pendidikan itu mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia Pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa”.

7.     Ikut serta melaksanakan tujuan pendidikan seperti yang disarankan oleh pemerintah yaitu “ membentuk manusia Indonesia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.

8.     Membantu pemerintah membebaskan Bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa lain sebelum Indonesia merdeka seperti mengusir bangsa Jepang dan Belanda yang tidak berperikemanusiaan pada zaman dahulu.

9.     Menyalurkan aspirasi masyarakat dan minat belajar yang tinggi dalam mendalami ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah yang bersumberkan Al-Qur’an,Hadist,Ijma’dan Qiyas apalagi sekarang sudah banyak hukum-hukum islam menjadi beku tersudut dan tak berlaku.

10.                  Juga merupakan wadah bagi masyarakat yang ekonomi lemah khususnya di Malalo yang tidak bisa menyerahkan anaknya ke sekolah di luar Malalo.

11.                  Mengangkat derajat manusia yang rendah dari pandangan mata manusia yang mendewakan kekayaan dan pangkat, menjadi manusia yang berilmu pengetahuan agama yang bisa menyelamatkannya dunia akhirat.

Selain tujuan yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa keinginan lagi yang hendak dicapai oleh Tarbiyah Islamiyah, diantara tujuan yang sangat luhur itu, baik untuk diri pribadi atau untuk kehidupan berkeluarga dan masyarakat serta bangsa dan tentunya untuk agama Islam.Tujuan tertinggi dari Tarbiyah Islamiyah adalah membentuk manusia yang baik dan bettaqwa kepada Allah, sebagaimana ungkapan Al Qur’an:

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat: 13).

Sedangkan tujuan Tarbiyah Islamiyah secara umum  adalah, “Menciptakan keadaan yang kondusif  bagi manusia untuk hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan ridha dan pahala Allah SWT”.

Bagi kalangan santri, tujuan Tarbiyah Islamiyah apabila dijabarkan ada beberapa bagian penting sebagai berikut:

1.     Tujuan Tarbiyah untuk Kepribadian (individu)

Tujuan tarbiyah Islamiyah pada dasarnya ditujukan kepada diri pribadinya terlebih dahulu, sebelum akhirnya nanti memberikan kontribusi bagi yang lain. Adapun tujuan Tarbiyah bagi pribadi santri adalah:

a.     Membentuk seorang Muslim yang sempurna

Tujuan Tarbiyah yang pertama kali adalah membentuk kepribadian sebagai muslim yang paripurna. Seluruh aspek kemanusiaan muslim hendaknya ditumbuhkan sehingga akan melahirkan potensi yang optimal. Baik segi ruhaniyah (spiritual), fikriyah (intelektual), khuluqiyah (moral), jasadiyah (fisik), dan amaliyah (operasional).

Menurut Syaikh Hasan Al Banna, kepribadian Islam meliputi sepuluh aspek, meliputi hal-hal sebagai berikut:

  • Salimul Aqidah. Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.

·Shahihul Ibadah. Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntunan syari’at. Pada dasarnya ijtihad bukanlah hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan,  atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan zaman.

·Matinul Khuluq. Setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.

·Qadirun alal Kasbi. Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam kebutuhan hidup.

·Mutsaqaful Fikri. Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan. Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.

·Qawiyul Jismi. Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.

·Mujahidun linafsihi. Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shalih. Artinya, setiap pribadi dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kebathilan dan kejahatan.

·Munazhamun fi Syu’uniha. Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan aturan Islam. Pada dasarnya segala pekerjaan yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.

·Harisun ala Waqtihi. Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari kelalaian. Setiap individu juga dituntut untuk mampu menghargai waktu orang lain sehingga tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.

·Nafi’un li Ghairihi. Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

Tarbiyah bagi seorang  muslim hendaknya mampu menumbuh kembangkan berbagai sifat positif dalam kepribadian, sehingga lahirlah pribadi mempesona, buah dari proses tarbiyah yang berkesinambungan.

b.     Membentuk seorang  Da’i yang handal

Setelah kepribadian Islam pada diri seorang muslim terbentuk, mereka harus dipersiapkan pula untuk menjadi aktifis dakwah atau seorang da’i. Islam tidak hanya menuntut seseorang untuk sholeh secara individual, akan tetapi juga sholeh secara sosial. Untuk itulah tarbiyah menghantarkan seorang mulsim untuk memiliki kepribadian sebagai da’i yang aktif mengajak masyarakat melakukan kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan.

Allah Ta’ala menyebutkan amar ma’ruf dan nahi munkar sebagai karakter pokok laki-laki dan perempuan yang beriman : 

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah 9 : 71).

c.      Memberikan pelatihan amal dan pengalaman

Seorang santri Tarbiyah juga diharapkan memberikan pelatihan (tadrib) amal dan pengalaman (tajribah) di lapangan. Mereka  harus mendapatkan pelatihan amal yang memungkinkannya memiliki penguasaan medan yang bagus. Pelaku dakwah harus memiliki pengalaman yang luas dan penguasaan yang matang, sehingga berbagai amanah bisa dikerjakan dengan optimal.

Tarbiyah bukan hanya berbentuk forum kajian keilmuan, akan tetapi ia juga praktek di lapangan. Mereka dilatih dengan penunaian tugas-tugas dakwah,. Selain itu juga dilibatkan dalam kegiatan kepanitiaan ataupun kelembagaan, sehingga memiliki pengalaman yang luas dalam berbagai medan dakwah.

Kepanitiaan dalam suatu kegiatan tertentu penting untuk melatih mereka  agar memiliki kemampuan beramal jama’i. Selain itu juga penting untuk menumbuhkan ruh ukhuwah dan ruh berjama’ah untuk mereka kembangkan dalam lingkungan masyarakat, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan amanah. Dan Untuk melatih kemampuan berorganisasi, merancang kegiatan, berinteraksi dengan berbagai macam kalangan dan sifat manusia, maka aktivitas dalam kepengurusan sebuah organisasi adalah sarana pelatihan yang amat baik.

2.     Tujuan Tarbiyah bagi Masyarakat

Tarbiyah Islamiyah bagi para santri  bukan hanya bertujuan untuk kebaikan diri dan keluarganya, akan tetapi juga memiliki tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk masyarakat. Tarbiyah Islamiyah  tidak akan mencetak sosok pribadi yang puritan, anti sosial, dan tidak mengenal masyarakat. Justru diharapkan dengan tarbiyah Islamiyah akan mengoptimalkan peran-peran penting di tengah komunitas masyarakat.

Di antara tujuan tarbiyah Islamiyah  dalam kaitannya dengan masyarakat adalah Menumbuhkan kepekaan dan jiwa  sosial

Tarbiyah bertujuan untuk membentuk seorang muslim yang memiliki kepekaan dan jiwa sosial, yang menyebabkan mereka tanggap terhadap problematika sosial kemasyarakatan. Mereka nantinya diharapkan menjadi pekerja sosial yang handal untuk menyelesaikan permasalahan keumatant. Mereka dilarang berpangku tangan apabila  melihat ketidakbaikan ditengah-tengah  masyarakat.

Kepekaan dan jiwa sosial ini memang harus senantiasa diasah agar tidak tumpul, dengan sebuah proses tarbiyah. Dengan demikian tarbiyah bukanlah proses yang eksklusif dengan perhatian yang senantiasa ke dalam diri sendiri, akan tetapi bermuatan inklusif dengan perhatian terhadap kehidupan sosial masyarakat.

Posted on Mei 19, 2013, in Serba-Serbi. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar